“Dengan mengucap Alhamdulillah, maka Sidang Musyawarah Akbar FKI 2016 ditutup.” Dalam deretan kursi yang tergaris diantara selendang hitam, beberapa orang termenung tentang apa yang telah mereka dapatkan, akan apa yang mereka kerjakan. Sebuah awal yang mungkin tak terduga dalam benak mereka, waktunya telah tiba untuk menjadi seorang yang lebih dewasa dalam mengemban amanah. Sorak gembira dan haru terdengar gemuruh bercampur dengan tepukan tanda selamat. Berpikir ini adalah sebuah amanah yang baru akan dijalankan, namun hati tak dapat berdusta, rasa takut pun terkadang terpikir bagaimana akhir dari amanah dakwah ini. Terkadang aneh merasakan berat yang tak didapatkan dari organisasi lainnya, entah mengapa selalu ada yang peringatan ketika lelah dan jenuh dengan satu keluarga ini. Yah benar, memang kita tidaklah sama, yang satu punya agenda itu lah, punya jadwal itu lah, bahkan yang namanya karakter dan pendapat pun kita masih sering berselisih. Namun hikmah dan kebaikan dari hal itu sungguh tak dapat terhitung, hasilnya kita bisa menjadi lebih dewasa dalam bersikap, saling memahami antar perasaan, bahkan saling menjaga dalam cinta ini. Cinta yang kita maksud adalah sebuah perasaan yang mungkin lebih dari sekedar teman, cinta itu adalah cinta dalam ukhuwah. - Sebuah awal perjalanan - Lembaran baru dalam ukhuwah ini kita jalani disambut oleh bulan Ramadhan yang penuh dengan kebaikan dan “Bonus” lainnya. Masih ingatkah kita saat di awal bulan itu dahaga bagi sebagian kita yang mungkin masih belum terbiasa menjalankan puasa sunnah, namun kita pun belajar bahwa sejatinya ini adalah kewajiban kita dalam menjalankan perintah-Nya. Di bulan itu kita sering diingatkan tentang pahala yang akan dilipat gandakan, rezeki yang berlimpah, dan dosa yang akan dihapuskan. Serentak semangat pemuda-pemudi menggebu dalam puasanya, terasa ibadah pada awal bulan itu adalah sebuah hal yang harus dibiasakan baik hari ini ataupun hari lainnya. Namun terkadang yang bernama setan sedang dibelenggu pada bulan itu, masih saja ada setan lainnya berbentuk manusia, baik dari internal diri maupun kawan sendiri. Waktu itu kampus sedang sunyi ditinggal penghuni mahasiswa yang sedang hilir mudik. Terdengar keramaian gelora semangat pemuda-pemudi kita yang sedang berpuasa kala pada pagi hari itu mempersiapkan gladi resik untuk menyambut tamu-tamu istimewa kita. Dengan wajah ringai gembira kita bak sebuah kehormatan. Tak lama setelah kita melaksanakan sholat berjama’ah, sekelompok anak-anak kecil yang sontak meramaikan kampus pada siang itu pun datang. Entah mengapa suasana siang yang yang terlihat terik saat itu terasa bagaikan kehangatan yang mewarnai kegembiraan kita menyambut dan melihat canda tawa adik-adik dari berbagai panti asuhan di kota Malang dalam kegiatan kita, ISMA CAMP 2016. Setelah berkenalan satu sama lain, kita melanjutkan acara dengan Belajar Baca Al-Qur’an (BBA) yang tak kita sadari ternyata diantara kita masih banyak kekurangan disana sini yang dapat dijadikan evaluasi untuk bekal kita kedepannya. Tak terasa adzan Ashar pun berkumandang, acara kita lanjutkan dengan sholat berjama’ah dan penyuluhan kesehatan saat berpuasa serta kajian ke-Islaman yang mampu membuka wawasan kita dan adik-adik tentang indahnya Islam dan nikmatnya Iman. Ada yang menarik pada sesi kali, para pemateri tidak kalah kocak dan gembiranya dari sesi sebelumnya. Itu terlihat dari wajah gembira dan gelak tawa adik-adik dan kita sebagai panitia, sehingga yang kita rasakan pada saat itu bak sudah menjadi sebuah keluarga yang sangat akrab. Sembari menunggu adzan Maghrib dan beduk khas Ramadhan, kakak-kakak panitia muslimah dengan semangat dan hati keibuannya mempersiapkan makanan dan minuman untuk berbuka. Adik-adik mengikuti sesi tanya jawab kepada pemateri menanyakan apa yang ada di benak mereka dan dengan pertanyaan polos mereka. Dan lagi-lagi pemateri menjawab dengan semangat dan guyonan khasnya yang memancing gelak tawa bahkan kita pun tak kuasa menahan rasa canda kita yang bercampur rasa senang bersama adik-adik. Adzan pun berkumandang dan hidangan disajikan, kehangatan kita dilajutkan dengan buka bersama khas ramadhan dan dilanjutkan dengan sholat Maghrib dan Isya beserta sholat tarawih yang diakhiri dengan witir berjama’ah. Namun entah rasa apa yang terasa di hati ini, seakan kenangan-kenangan indah hari ini tak ingin cepat berlalu. Tibalah waktu kita mengucapkan salam jumpa dan berakhirnya pertemuan kita dengan adik-adik pada hari itu. Malam semakin larut, kita melanjukan kegiatan dengan mengkaji Al-Qur’an sebelum tidur dan menginap di kampus. Dan ketika waktu menunjukan tepat jam 2.00 dini hari, sekitar kampus masih sepi gelap gulita, kita melaksanakan sholat tahajud dan persiapan untuk berbagi sahur di daerah Pasar Besar yang notabene disana banyak terdapat masyarakat kurang mampu dan tak punya rumah tidur beralaskan trotoar dan ditemani lampu remang malam. Terkadang terpikir apa yang akan kita lakukan jikalau kita sudah menjadi dokter nanti, masih maukah kita melakukan hal seperti ini jika seandainya tak bersama kawan yang sering mengajak kita bersemangat dalam hal kebaikan. - Cerita tentang jalan perantauan - Seminggu di awal bulan Ramadhan pun berlalu, sebagian dari kita yang belum pulang ke kampung halamannya masih menyempatkan diri untuk terus mengejar kebaikan di bulan suci lewat organisasi ini. Ada panggilan hati sebagai seorang muslim dan calon dokter untuk berbakti di masyarakat, salah satunya dengan mengadakan bakti sosial yang dimintai dan dipanitiai oleh kakak-kakak angkatan kita yang sedang KKN di desa-desa nan jauh dari gemerlapnya kota. Dalam salah satu perjalanan menuju ke suatu desa, terkadang jalanan yang sempit serta tempat yang masih belum terlacak dengan spesifik di ponsel kita merupakan perjalanan yang mengasyikan dan penuh makna. Karena disaat itu kita berpikir bahwa apa yang kita miliki saat ini bukanlah sesuatu yang abadi, bahkan kita tersadar bahwa kita harus lebih pintar dari ponsel kita, harus lebih bersosial daripada lewat ponsel kita. Hablum minallah wa hablum minannas, itulah yang terpikir. Banyak dari kita yang terlenakan hanya gara-gara ponsel tipis kita tersebut, yang tak peka lingkungan hanya karena layar yang benderang itu. Saat itu diri ini pun tersadar akan pentingnya untuk kembali meningkatkan hubungan kepada sang Pencipta dan mempererat silaturahim serta menjaga keharmonisan kepada sesama manusia. Dan ini lah salah satu cara kita untuk ber-fastabiqul khairat untuk menjaga hubungan itu. - Jalan yang dipenuhi dengan cinta & perjuangan - Bulan Ramadhan dengan ditutup hari raya Idul Fitri pun berlalu, kegiatan beroganisasi dalam berdakwah dan mempersiapkan diri untuk menjadi dokter masa depan pun terus berjalan. Suatu ketika, kita mendapat kabar dari salah satu penyampai lidah organisasi kita di tingkat nasional terkait mendapatkan tenderisasi sebagai tuan rumah dalam program kerja skala nasional yang rutin diadakan setiap tahunnya, IMSF atau kepanjangannya adalah Islamic Medical Science Festival yang ke-8. Dan dengan segera kita berusaha untuk mempersiapkan segalanya, mulai dari konsep acara, pembuatan logo, transportasi, agenda, pemateri, tempat, lobilisasi jadwal ke kampus, mencari dana, dan hal yang tak kalah penting, mencari peserta lomba dan seminar. Ada hal yang penting untuk kita ceritakan untuk generasi organisasi ini selanjutnya. IMSF memang bukan event yang baru di tingkat nasional, itu terbukti dari rutinitas acara ini tiap tahunnya dengan berbagai universitas sebagai tuan rumahnya. Namun ini kali pertama bagi organisasi ini mengemban amanah tuk melaksanakan semacam lomba dan seminar tingkat nasional. Apalagi dengan pergantian pengurus setiap tahunnya, tentu bukan hal yang terjadi dua kali setiap periodenya. Sejenak terpikir, dalam internal organisasi ini terkadang acara kecil untuk memanggil dan mengumpulkan para panitia saja masih terbilang sulit. Bagaimana untuk acara sebesar ini?, yang mengundang dari berbagai universitas. Kemudian diadakan rapat untuk pengambilan tender, banyak pemikiran seperti tadi bermunculan, tetapi ada juga yang berpendapat berbeda. “Ayo ambil tender ini, siapa yang tau dari tender ini mungkin anggota FKI bisa menjadi solid.” Seketika memutar otak kembali dan bersuara dalam hati, “Bagaimana bisa acara sebesar ini menjadi bahan percobaan?”, Ah sudahlah. Dan anehnya dan luar biasanya, hasil keputusan musyawarah yang cukup berjalan lama menghasilkan kata mufakat untuk mengambil tender tersebut. Pasang surut memang terjadi dalam persiapan kita pada saat itu, teringat persiapan berawal dari liburan semester. Ketika semua orang asyik dengan liburannya, selfie di berbagai tempat yang katanya hits, berkumpul bersama sahabat, check in tempat via path di berbagai warung makan favorite, dan yang semuanya membuat hati iri. Karena kita hanya bisa merasakan liburan tapi tetap disibukkan dengan bawel-nya para CO di ponsel kita, tuntutan rapat online, laptop yang terus menyala siang dan malam untuk menyelesaikan konsep acara, serta mencari dan menelepon pemateri dan juri. Dan jujur, pendanaan akan acara IMSF sangat minim. Baik dari fakultas maupun universitas untuk ukuran event besar dan nasional ini. Berbagai hal dan usah kita lakukan, mulai dari berjualan di setiap kelas, mencari donatur untuk acara, mencari sponsor untuk bekerja sama, hingga mencari diskon untuk pernak-pernik yang diberikan ke peserta lomba dan seminar. Beberapa minggu sebelum hari penutupan pendaftaran. Kita sebagai panitia masih kebingungan bahkan tak enak hati rasanya melihat daftar peserta yang baru beberapa nama, bahkan juga dengan dana yang masih minim terkumpul. Sering terpikir apakah ini sudah usaha maksimal kita, terngiang bagaimanakah nanti jadinya acara ini. Waktu itu timbul lah inisiatif untuk memperpanjang batas pendaftaran, dan sebuah hal yang luar biasa pun terjadi. Tepat sebelum hari akhir pendaftaran ditutup, Ternyata banyak peserta yang berdalih memaksimalkan karyanya hingga batas akhir pendaftaran yang sempat membuat kita sebagai panitia lub dub tak menentu dan kewalahan melayaninya. Begitu pula dengan pendanaan acara ini, dengan usaha dan kerja keras dari kawan-kawan kita, berbagai strategi dan pemotongan dana keperluan dibuat. Dan juga banyak dari sponsor mensetujui dan memberikan pendanaan yang banyak di detik-detik akhir persiapan tersebut. Banyak yang terjadi saat minggu perlombaan berlangsung, dimulai dari kesan salah satu peserta yang takjub saat awal memasuki wilayah Kampus 3 UMM dengan bangunannya yang mewah dan bagus. Walaupun sebenarnya tempat belajar utama kita bukan berada di kampus 3, dan kampus 2 sedikit kurang terkembangkan dari kampus tetangganya, setidaknya ada yang bisa kita banggakan dengan almamater kita. Berbagai Perlombaan pun dimulai, banyak kendala dimana-man yang akhirnya bisa teratasi dengan baik oleh kawan-kawan kita. Bahkan sampai mendapat teguran dari salah satu juri pun kita lewati, dan perlombaan tetap berjalan dengan baik. Akhirnya tiba di penghujung agenda ditunggu-tunggu, event lomba nasional itu kita tutup dengan seminar yang juga skala nasional. Dengan konsep dekorasi yang apik terlihat dari luar dan dalam ruangan serta peserta seminar yang datang berbondong-bondong, yang mampu menghibur dan melegakan hati semua panitia. Bahkan banyak dari peserta seminar yang mengantri dan mendaftar on the spot karena sangat tertarik dengan tema saat itu tentang kesehatan ibu dan anak masa kini dari persepektif Islam. Dan akhirnya ini tetap membuat kita terkejut dan diluar dugaan, yaitu venue seminar yang sangat dipenuhi bahkan hampir meluber keluar oleh peserta seminar. Setelah seminar ditutup dengan pengumuman pemenang lomba, dan acara IMSF pun telah berakhir. Evaluasi pun dilakukan, kita mendapatkan banyak masukan dari DPO, bahkan dari para senior angkatan yg jauh pun datang memberikan apresiasi kepada kita. Masih teringat jelas nasehat dari salah seorang DPO FKI yang mengucapkan selamat kepada anggota FKI yang sudah bisa mengadakan acara besar IMSF ini, walaupun banyak kekurangannya namun banyak hal positif yang bisa kita dapatkan dibalik semua ini yaitu salah satunya bertambah eratnya keakraban kita. Melelahkan memang. Tapi Insya Allah, Allah yang akan membalas kebaikan dan perjuangan kita. Mengganti waktu dan tempat liburan dengan syurga-Nya nanti. Yeah, dengan berbagai problema dalam perjalanan ini, kita mampu membuktikan bahwa kita bukan sekedar newbie, walaupun dengan berbagai kekurangan yang kita dapati, tapi kita tetap kuat sebagai salah satu keluarga FKI, keluarga yang terus bertahan untuk saling mengisi. - Perjuangan untuk terus berusaha menebar kebaikan Ada suatu kenangan lagi dimasa-masa akhir periode kita ini, yaitu tentang perjuangan dalam merekrut anggota dan mempersiapkan kader baru untuk meneruskan roda dakwah ini serta menjaga tongkat semangat ber-Islam tetap tegak khususnya di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang ini. Dalam dinamika kaderisasi tentu bukan hal yang baru bagi FKI, hal itu terbukti dari awal FKI berdiri dari 6 Ramadhan 1422 H (13 November 2001 M) hingga sudah mencapai 16 tahun usianya. Namun hingga saat ini kita akui masih belum adanya perumusan sistem kaderisasi yang baku. Tentu ini berdampak pada regenerasi tiap periode dan kualitas tiap angkatannya. Dalam masa pencarian dan persiapan kader pada periode kita, banyak hal yang dijadikan bahan diskusi terkait pertimbangan konsep dan sistem perekrutan. Di dalam tubuh pengurus inti pun banyak langkah-langkah dan resiko yang dipikirkan akan dampak setiap konsepnya, karena hal ini merupakan hal yang sangat utama untuk organisasi selanjutnya. Dalam tahap awal perekrutan, begitu terasa perbandingan antara pendaftar perempuan dengan pendaftar laki-laki yang terbilang sedikit mengikut sertakan diri dalam organisasi ini. Kita akui memang di FK UMM sendiri perbandingan jumlah antara perempuan yang banyak dibandingkan laki-laki yang sedikit. Entah mengapa konon katanya pada masa awal didirikannya fakultas kedokteran di Indonesia, mahasiswa laki-laki lebih banyak dari pada mahasiswi perempuan, tapi sekarang semua itu berubah terbalik. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada tongkat kepemimpinan FKI sendiri, karena di FKI masih sangat membutuhkan banyak tenaga-tenaga dari pujangga muda untuk meneruskannya. Diklat demi diklat kita lewati, dan sampailah pada diklat inti yaitu diklat lapang. Dalam akhir diklat ini kita sedikit lebih meningkatkan keseriusan kita dalam merekrut dan menyeleksi calon anggota. Terjadi sedikit perdebatan di pengurus inti tentang yang siapa yang boleh melanjutkan perjalanannya atau siapa yang gugur dalam perjalanan. Perdebatan tentang kualitas dan kuantitas dijadikan bahan berpikir. Ditengah mencari kader yang berkualitas untuk organisasi ini, tentu kita juga mengharapkan kuantitas. Namun kuantitas seperti apa yang diharapkan untuk melanjutkan, sontak berpikir mereka yang pada proses diklat sudah kurang bersemangat atau kurang berusaha untuk mengikuti diberikan penalti. Tetapi kita berpikir lagi, bahwasanya ini merupakan tugas kita untuk membimbing sesama muslim menuju kebaikan, karena yang sanggup memberikan hidayah hanyalah Sang Pencipta, Allah SWT. - Islam yang rahmatan lil 'alamin - Dan akhirnya setelah melalui itu semua, kami ucapkan selamat kepada kalian yang telah menjadi salah satu bagian dari keluarga besar FKI-ISMA FK UMM. Banyak hal yang masih belum dapat kita usahakan untuk meningkatkan organisasi ini, namun walupun begitu tetaplah berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam setiap perjalanan dakwah ini. Karena sejatinya perjalanan kita masih belum berakhir, tetaplah menjadi pribadi yang terus memperbaiki diri dan bertaqwa kepada Allah SWT. " Sungguh masih banyak kenangan di antara kita yang tak tertulis disini, namun tetaplah ingat dalam memori akan masa-masa ini. Apapun yang terjadi nanti ingatlah kawan, keluargamu masih disini. Dan yakinkan bahwa kita kan tetap bertemu dan berkumpul di surgaNya nanti. Aamiin "
0 Comments
Leave a Reply. |
FKI - ISMAForum Kajian Islam Ibnu Sina Medical Association Archives
April 2019
Categories |